Sabtu, 11 Juli 2015

Ramadhan, Aku (Tak Jadi) Merindu

hipwee.com

Dia selalu ditunggu, padahal dia bukan gajian.
Dia selalu dinanti, padahal dia bukan sang pujaan.
Dia selalu dicari, tak sabar pula disambut, padahal dia bukan jodoh yg diidamkan.
Banyak orang mengaku merindukannya.
Dapur-dapur mengebul, bersiap santapan lezat bak menyambut raja dan jajaran kepala negara.
Masjid-masjid bersolek megah dengan cat baru dan bersih-bersih penjaganya.
Iklan sirup, biskuit, sampai koleksi baju muslim keluaran terbaru lalu-lalang di tayangan utama layar kaca.
Ramadhan... Ya, ternyata ia bintang utamanya..

"Kangen ih sama Ramadhan," "Seneng banget bentar lagi puasa..." 
Beribu kerinduan tumpah membuncah tak bertuah dari lisan orang-orang yang "katanya" rindu padamu.
Malam pertama, rumah Tuhanmu penuh sesak melimpah ruah manusia berkain kurung putih hingga shaf paling belakang.
Ada yang berujar, "biar merasakan crawdednya.."
Bedug bertabuh, shalawat dan puji-pujian menggema hingga ke kampung seberang memanggil orang-orang men-spesialkan waktu malamnya.
Tapi apa yang kau lihat Ramadhan, remaja-remaja sibuk selfie di tengah lantunan pujian.
Suara mercon dan gelak tawa bocah-bocah mengalahkan bacaan imam.
Ibu-ibu berbincang merancang santapan pemuas lidah demi menyambutmu di sepertiga malam.

Siang hari disibukkan dengan tumpukan kerjaan.
Mereka bilang, kejar setoran... demi memenuhi pundi-pundi tabungan hari kemenangan.
Tadabur Quranmu terlewatkan.
Mata lelah kurang tidur.
Tak apalah tak mengkaji hari ini saja.. 
Semoga esok tak keterusan.
Beragam ragam alasan..

Hampir separuh bulanmu, undangan buka bersama berdatangan.
Menguntai kembali jalinan silaturahim handai dan taulan.
Setiap hari, setiap minggu, silih berganti..
Kemarin teman sekolah, esok teman kuliah, lusa teman kantor..
Entah apa namanya, awalnya buka bersama, tapi lupa sholat magrib dan isya.
Lalu bergantilah namanya, "Ini sih maksiat bersama..."
Hingga dering gadgetmu bersuara, "Nak, kapan pulang cepat? Kita buka bersama.."

Bulanmu berlalu hingga bersisa hitungan beberapa ratus jam saja.
Orang-orang berlomba semakin gencar.
Ahh... Senangnya mereka berlomba mengkaji di malam 17 Nuzulul Quran, 
Atau berlama-lama berjaga di sepertiga malam?
Oh.. atau mereka I'tikaf meramaikan masjid. Bukan.. mereka menahan kantuk memburu malam Lailatul Qodar.
Tidak tidak.. Lihatlah, mereka membawa kantung-kantung besar. Berzakat fitrah pastilah tujuan...

Tapi sebentar, apa yang kau lihat duhai Ramadhan?
Ternyata masjidmu hanya tersisa 2 sampai 3 shaf saja.
Quranmu masih tersimpan rapi di atas meja.
Kotak amal jariyah belum terisi sepenuhnya.
Kantung-kantung itu hasil tawaf di swalayan dan mall-mall tempat belanja.
Berlomba-lomba memilih baju indah masa kini mempercantik diri.
Membeli kue-kue terbaik untuk menjamu para tamu.
Zakat fitrah nanti sajalah di ujung waktu.
Santunan anak yatim bisalah tunggu dulu.
Yang penting pulang kampung membawa sangu.
Apa nanti kata saudara di kampung halaman jika tak sempat bawa buah tangan, malu...

Ya Alloh ya Rabbi... 
Maafkan kami..
Lagi-lagi istighfar yang tersisa di lisan dan hati..
Sesibuk itu kah kami mementingkan duniawi?
Hingga Ramadhan-Mu harus menahan haru dan rasa pilu melihat sikap kami yang lupa begini...
Oh Ramadhan, inikah bentuk rindu kami?
Haruskan kami berkata padamu, "Ramadhan aku tak jadi merindu..."

poeticislam.tumblr.com
Oh Allohurabbi Sang Maha Penerima Penyesalan berkali-kali...
Jika ini Ramadhan terakhir kami, sudilah kiranya Engkau ingatkan kami sekali lagi.
Jikalau Engkau sudi, izinkanlah kami selalu benar-benar merindu Ramadhan-Mu berkali-kali lagi..
Sudikanlah kesempatan dari-Mu kami gunakan untuk memuliakan dan mencintai Ayah dan Ibu dalam bingkai bakti..
Sebelum datang mati kami, sebelum datang cemas kami, dan sebelum habis kesempatan tersungkur di atas sajadah ini..
Yaa Rabbi..... :')



LiaWidyanti
24 Ramadhan 1436H
*inspired by "Ramadhan, Aku Pura-pura Rindu - Azhar Nurun Ala"


"Bimbo - Setiap Habis Ramadhan"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank you for visiting.. :)